Senin, 05 November 2012

ono: ilmu Allah

RINCIAN BAHASAN
Jika suatu saat manusia mau merenung dan mengamati alam semesta ini maka akan terlintas banyak sekali pertanyaan dalam pikiran. Siapakah yang menegakkan langit, mengucurkan hujan, dan melukis pelangi? Siapakah pula yang mengatur pergantian matahari dan bulan sehingga tidak saling berlomba, menyusun tata surya sehingga tidak saling bertabrakan? Lalu siapa pula yang mengajarkan burung terbang dan ikan berenang?
Dan jika saat itu manusia mau jujur terhadap hati nuraninya, maka ia akan mengakui bahwa ada sesuatu zat yang maha segalanya yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tadi."Dialah Allah, Khalik (Yang menciptakan), Yang mengadakan, Yang membentuk rupa, Yang memiliki Asma'ul Husna (nama-nama yang baik) bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".(Al-Hasyr :24)
Sebagai konsekuensi logis dari Allah Maha Pencipta yang meliputi ekosistem zahir/fisik, meliputi alam semesta, manusia, flora dan fauna dan ekosistem batin/metafisik,meliputi alam ruh, jin dsb, ialah Allah pulalah yang berhak disebut Al-'Aliim (Maha Mengetahui). (QS. 59:22) Aksioma berlaku: Yang mencipta lebih tahu terhadap yang diciptakan.
Ilmu Allah tidak dapat ditimbang oleh manusia, ia mencakup semua yang ada dan yang mungkin ada."Katakanlah, ,jika sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Rabb-Ku sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabb-Ku meskipun Kami datangkan sebanyak itu (pula)." (QS. 18:109) "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering), niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Luqman : 27)

Sifat ilmu Allah:
1. Bersifat pasti.Allah menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi- rapinya (QS. 25:2; 15:21)
2. Bersifat objektif. (QS.41:53)
3. Perintah Allah berlaku pada ciptaan-Nya (yang merupakan hasil Ilmu-Nya)

Kualitas Ilmu Allah:

Ilmu Allah tak dapat dibandingkan dengan ilmu siapapun dan Allah Mengetahui yang ghaib dan yang tersembunyi. (QS.18:109; 31:27; 31:16; 40:19)

Hakikat Ilmu Allah
Allah menggunakan dua jalur dalam mengajarkan ilmu-Nya kepada manusia:
1. Jalur formal/resmi
· Dalam bentuk wahyu
Sistem penyampaiannya berstruktur, melalui malaikat,rasul,sahabat, tabi'iin, tabi'it tabi'in hingga ulama akhir zaman. Tidak langsung disampaikan ke seluruh manusia. Manusia tidak akan sanggup berhadapan langsung dengan Allah hatta itu seorang Nabi Musa as. (QS.7:143; 42:51) Hadits Rasul,"Ulama itu pewaris para nabi". (HR.Abu Daud- At-Tirmizi)
2. Jalur informal
· Dalam bentuk ilham/ inspirasi
Sistem penyampaiannya mandiri, diperuntukkan bagi siapa saja, baik beriman maupun kafir yang mau mengadakan mubasyarah (pengamatan) terhadap alam semesta. Barangsiapa yang berusaha, maka dia akan mendapatkan. (QS.29:69)

Bukti Ilmu Allah:
1. Ayatul Kauniyah, yaitu ayat-ayat Allah yang terhampar di alam, merupakan bukti yang mendukung kebenaran ayatul qouliyah (3:109). Ayat-ayat Kauniyah ini merupakan sarana bagi kehidupan manusia. Manusia harus melakukan eksperimen/percobaan dalam mengembangkan dan memanfaatkannya untuk kemashlahatan hidupnya. Kebenaran yang diperoleh dari eksperimen tersebut, sifatnya relatif dan empiris.
2. Ayatul Qouliyah, yaitu ayat-ayat Allah yang terkandung di dalam al-Qur'an, merupakan petunjuk untuk menemukan fakta empiris ayatul kauniyah.Ayat kauliyah ini harus dijadikan pedoman hidup bagi manusia, sebab kebenarannya adalah mutlak. (2:185)
Mempelajari ayat-ayat Allah tidak hanya ayatul qouliyah saja, tetapi diikuti dengan mempelajari ayatul kauniyah.
· Dengan mempelajari ayatul qouliyah, pengenalan terhadap Allah menjadi tepat dan akurat. Dengan mempelajari ayatul kauniyah, pengenalan terhadap Allah menjadi meluas dan mendalam.
· Hubungan ayat qouliyah dan ayat kauniyah.
Ayat qouliyah memberikan isyarat bagi manusia agar ayat kauniyah (ayat) dimanfaatkan. Ayat kauniyah memberikan bukti atas kebenaran informasi dari ayat qouliyah.
· Melepaskan hubungan antara keduanya dapat melemahkan manusia.
· Mempelajari ayatul kauniyah dengan melepaskan ayatul qouliyah akan mengakibatkan kehancuran manusia di akhirat.Sebaliknya mempelajari ayatul qouliyah dengan melepaskan ayatul kauniyah akan mengakibatkan kehancuran di dunia.
Kedua bukti Ilmu Allah ini harus dipelajari secara seimbang dan berkesinambungan. Sungguh ironis jika saat ini umat Islam kurang memperhatikan baik ayat qouliyah maupun ayat kauniyah. Tetapi memang yang perlu diingat bagi umat Islam dalam mengejar ketinggalannya ada hal yang sangat penting untuk dijadikan prioritas utama yaitu Aqidah Islam dan akhlak Islam,dsb. Bagi kita yang terpenting bukanlah The technology, tetapi The man behind the technology.

Ayat qouliyah yang diberikan Allah sebenarnya merupakan petunjuk hidup bagi manusia (QS. 2:2,185) karena Dialah Sang Pencipta yang paling tahu akan akan ciptaannya, dan Allah sendiri yang akan membuktikan bahwa al-Qur'an itu benar (QS.Fushilat: 53). Al-Qur'an ini merupakan operation manual bagi manusia di dunia. Suatu barang yang tidak berfungsi dengan baik tidak dapat dikatakan bahwa letak kesalahannya pada operation manualnya, tetapi mungkin pada orang yang mengoperasikannya yang belum sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan. Hal ini juga berlaku terhadap al-Qur'an. Manusialah yang seharusnya menyesuaikan diri dengan al-Qur'an semaju atau semodern apapun zaman itu. Sangat picik jika ada sementara orang yang mengatakan bahwa al-Qur'an perlu direaktualisasikan atau diperbarui apalagi diubah bahkan diganti. Mereka hanya ingin menguntungkan kepentingannya saja. Allah menyindir mereka dalam firman-Nya, "Apakah dalam hati mereka ada penyakit, atau mereka takut kalau Allah dan Rasul-Nya memperlakukan mereka secara tidak adil? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang tidak adil (dzolim)". (QS.24:50)
Lain halnya dengan ayat kauniyah yang merupakan sarana hidup bagi manusia. Ini memang disediakan Allah untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk manusia. Maka ia perlu pembaruan dan perbaikan agar usaha-usaha manusia lebih efektif dan efisien sebagaimana fungsi manusia sebagai khalifatullah fil ardhi.
Jika saja manusia berpegang teguh kepada petunjuk hidup yang telah disediakan dan mau memikirkan ayat-ayat kauniyah yang terbentang di alam semesta, niscaya kita akan meraih kejayaan Islam di muka bumi dan akan menunjukkan bahwa Islam rahmatan lil'alamin.


DISKUSI
Furqon, seorang siswa sebuah SMU yang cukup bergengsi di kotanya, belakangan ini sedang dilanda kebimbangan. Ia sudah cukup banyak belajar al-Islam mulai dari ikut pengajian-pengajian di sekolah maupun di dekat rumahnya sampai membaca beberapa buku-buku Islam. Ia sudah sering mendengar dan membaca tentang kejayaan Islam terdahulu terutama dalam penguasaan IPTEK-nya.
Tetapi ia menemukan hal yang sangat bertolak belakang saat ia menonton TV. Berita-berita tentang dunia Islam selalu saja negatif. Umat Islam identik dengan kebodohan, terbelakang, miskin, kerjanya hanya berperang saja. Sebaliknya negara-negara lainnya selalu diberitakan keberhasilannya membuat inovasi-inovasi baru dalam IPTEK. Ia bertanya mengapa mereka yang terlihat jauh dari agama bahkan sudah ditinggalkannya justru semakin maju, mengapa umat Islam yang sudah diberikan petunjuk hidup lengkap tidak dapat seperti itu. Apa yang salah pada diri umat Islam? Ataukah berita-berita yang diterimanya selama ini tidak fair? Bagaimanakah caranya agar umat Islam dapat mencapai kejayaannya seperti kisah-kisah di zaman kekhalifahan dahulu?
Terkadang terlintas di benaknya apakah Allah tidak adil? Astaghfirullah, cepat-cepat ia membuang pikiran tersebut jauh-jauh dari benaknya.


REFERENSI


· Paket BP Nurul Fikri, Ilmu Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar